Figur Paling
Bertanggung Jawab Atas Pecahnya Perang Dunia II. Ini Perjalanan Karirnya

Figur yang
dianggap paling bertanggung-jawab dalam pecahnya Perang Dunia II adalah
Jenderal Tojo Hideki. Pada 30 Juli 1940, dia diangkat sebagai Menteri Perang
dalam pemerintahan Perdana Menteri Fumimaro Konoe. Karena Konoe mengundurkan
diri 17 ktober 1941, dia diangkat sebagai Perdana Menteri Jepang. Selain itu,
dia juga memegang jabatan Menteri Dalam Negeri, Menteri Luar Negeri, Menteri
Pendidikan, serta Menteri Industri dan Perdagangan.
Ketika masih
menjadi Menteri Perang, dia meneruskan kebijakan Jepang sebelumnya dalam
ekspedisi militer melawan Tiongkok. Dia juga menyusun rencana serangan ke
pangkalan militer Amerika Serikat di Pearl Harbour, mulai bulan Mei 1941. Rencana
itu dilaksanakannya semasa dirinya menjadi Perdana Menteri, 7 Desember 1941.
Sejumlah
kemenangan diperoleh Jepang di berbagai medan pertempuran, membuat Tojo Hideki
dihinggapi 'penyakit kemenangan'. Bersama dua pemimpin fasis dunia lainnya,
Adolf Hitler dari Jerman dan Bennito Mussolini dari Italia, mereka menggelar
aksi militer di seluruh belahan dunia.
Perang yang
panjang membuat Jepang mulai kedodoran dalam persenjataan dan logistik.
Kekalahan Jepang dalam pertempuran di Midway di kawasan Pasifik, menjadi titik
balik kemenangan Sekutu. Apalagi disusul dengan kekalahan memalukan Jepang
dalam pertempuran di Saipan dan Laut Filipina.
Setelah
kekalahan Jepang di Kepulauan Mariana, Posisi Tojo sebagai Kepala Staf Militer
dicopot, Juli 1944. Tak lama setelah itu, posisinya sebagai Perdana Menteri
digantikan oleh Kuniaki Koiso. Dia kehilangan peran, dan menghabiskan
aktivitasnya sebagai Perwira Cadangan, sampai Jepang menyerah tanpa syarat
kepada Sekutu.
Setelah
pengakuan Jepang itu, panglima Sekutu Jenderal Besar Douglas MacArthur
memerintahkan penangkapan Tojo Hideki. Ketika pasukan Sekutu mengepung rumah
kediamannya, Jenderal Tojo melakukan aksi bunuh diri dengan pistolnya. Peluru
menembus dada, tapi tidak sampai membahayakan nyawanya. Tojo mendapat perawatan
hingga sembuh di sebuah rumah sakit di Jepang, dengan pengawasan ketat.
Setelah sembuh,
Tojo dipindahkan ke penjara Sugamo. Dia menjalani proses peradilan di
Pengadilan Militer Internasional Timur Jauh, sebagai penjahat perang. Dalam
pengadilan marathon itu, dia dijatuhi hukuman gantung, 12 November 1948.
Eksekusi dilaksanakan 23 Desember 1948, beberapa hari sebelum ulang tahunnya
yang ke 64, 30 Desember.