x9iXyGPMXQeKKlpX8lac8UjwJ5Wv9XduLyNcwRkJ

Wanita Jelita Di Balik Kemegahan Majapahit

Wanita Jelita Di Balik Kemegahan Majapahit
Gayatri Rajapatni, Wanita Jelita Di Balik Kemegahan Majapahit
Adalah watak Rajapatni Gayatri yang agung, sehingga mereka menjelma pemimpin besar sedunia, yang tiada tandingannya. Putri, menantu, dan cucunya menjadi raja dan ratu. Dialah yang menjadikan mereka penguasa dan mengawasi semua tindak tanduk mereka (Negarakrtagama, Bab 48)
Ingin Link Grup Whatsapp Anda Disini, Klik Contact Ya
Ingin Nambah Subscribe, Klik Contact Ya 

Ingin Nambah Follower IG, Klik Contact Ya
Di balik kesuksesan seorang Raja, ada permaisuri yang bijaksana di belakangnya. Begitu juga dalam keberhasilan seorang anak, ada Ibu yang selalu mendukung di baliknya. Begitulah sosok Gayatri. Ia pernah menjadi seorang permaisuri dari seorang Raja, dan Ibu dari seorang Ratu.
Gayatri Sri Rajapatni adalah anak Kertanegara, Raja terakhir Singhasari. Putri berdarah biru kelahiran Tumapel ini berparas cantik, berpikiran cerdas dan memiliki watak penuh kasih.

Dalam kitab Nagarakretagama disebutkan Raden Wijaya, pendiri Majapahit, menikah dengan empat putri Kertanagara, yaitu Sri Parameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari, Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita, Sri Jayendradewi Dyah Dewi Prajnaparamita, dan Sri Rajendradewi Dyah Dewi Gayatri. Raden Wijaya berjanji akan menikahinya ketika kelak ia menjadi raja. Setelah pangeran tampan ini berhasil menumpas kerajaan Kediri dan memukul balik pasukan Mongol yang menyerang Jawa saat itu, ia kemudian mendirikan kerajaan Majapahit. Raden Wijaya pun menjadi raja pertama kerajaan Majapahit. Gayatri yang ketika itu masih berusia 19 tahun, disunting oleh Sang Raja.

Saat suaminya meninggal, Jayanegara (anak dari Raden Wijaya dengan Dara Petak), naik tahta. Saat Jayanegara memerintah Majapahit, banyak terjadi pemberontakan. Meski Gajah Mada mampu meredam, namun kemudian justru semakin meluas. Setelah Jayanegara meninggal, Tribhuwana Tunggadewi (putri Gayatri dan Raden Wijaya), ditunjuk menjadi Ratu Majapahit. Dengan bimbingan sang ibu, Tribhuwana Tunggadewi berhasil mengembalikan kejayaan Majapahit.

Seharusnya saat itu Gayatri yang berhak naik tahta, namun ia memilih anaknya yang menjalankan tahta tersebut. Gayatri dengan kearifannya lebih memilih menjadi 'ibu suri' dan memastikan kerajaan Majapahit dijalankan oleh orang-orang yang tepat. Ia tidak hanya menuruti kehendak egonya semata untuk menjadi pemimpin, tetapi ia memikirkan masa depan kerajaan Majapahit. Sementara itu, Gajah Mada yang bersifat keras dibimbing Gayatri dengan penuh kesabaran. Alhasil, Gajah Mada mampu menjadi Mahapatih yang dipercaya dan bahu membahu dengan Ratu Tribhuwana serta Gayatri demi membangun Majapahit.

Tak hanya sampai di situ, putra Tribhuwana yang juga cucu dari Gayatri, yaitu Hayam Wuruk pun berhasil membawa Majapahit menuju puncak kejayaan. Hayam Wuruk mampu mengembangkan Majapahit menjadi makmur dan maju di bidang kesenian dan kebudayaan. Gayatri Sri Rajapatni mangkat dalam usia 76 tahun sebagai bikshuni atau rahib agama Buddha. Wanita anggun dan penuh kasih ini tidak mengejar gelar maupun penghargaan. Ia memilih sikap berada di belakang untuk mendukung, melahirkan dan membesarkan Raja dan Ratu terbesar Majapahit.