Gayatri
Rajapatni, Wanita Jelita Di Balik Kemegahan Majapahit

Adalah watak
Rajapatni Gayatri yang agung, sehingga mereka menjelma pemimpin besar sedunia,
yang tiada tandingannya. Putri, menantu, dan cucunya menjadi raja dan ratu.
Dialah yang menjadikan mereka penguasa dan mengawasi semua tindak tanduk mereka
(Negarakrtagama, Bab 48)
Di balik
kesuksesan seorang Raja, ada permaisuri yang bijaksana di belakangnya. Begitu
juga dalam keberhasilan seorang anak, ada Ibu yang selalu mendukung di
baliknya. Begitulah sosok Gayatri. Ia pernah menjadi seorang permaisuri dari
seorang Raja, dan Ibu dari seorang Ratu.
Gayatri
Sri Rajapatni adalah anak Kertanegara, Raja terakhir Singhasari. Putri berdarah
biru kelahiran Tumapel ini berparas cantik, berpikiran cerdas dan memiliki
watak penuh kasih.
Dalam kitab
Nagarakretagama disebutkan Raden Wijaya, pendiri Majapahit, menikah dengan
empat putri Kertanagara, yaitu Sri Parameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari, Sri
Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita, Sri Jayendradewi Dyah Dewi Prajnaparamita,
dan Sri Rajendradewi Dyah Dewi Gayatri. Raden
Wijaya berjanji akan menikahinya ketika kelak ia menjadi raja. Setelah pangeran
tampan ini berhasil menumpas kerajaan Kediri dan memukul balik pasukan Mongol
yang menyerang Jawa saat itu, ia kemudian mendirikan kerajaan Majapahit. Raden Wijaya pun menjadi raja pertama
kerajaan Majapahit. Gayatri yang ketika itu masih berusia 19 tahun, disunting
oleh Sang Raja.
Saat suaminya
meninggal, Jayanegara (anak dari Raden Wijaya dengan Dara Petak), naik tahta.
Saat Jayanegara memerintah Majapahit, banyak terjadi pemberontakan. Meski Gajah
Mada mampu meredam, namun kemudian justru semakin meluas. Setelah Jayanegara meninggal, Tribhuwana
Tunggadewi (putri Gayatri dan Raden Wijaya), ditunjuk menjadi Ratu Majapahit.
Dengan bimbingan sang ibu, Tribhuwana Tunggadewi berhasil mengembalikan
kejayaan Majapahit.
Seharusnya saat
itu Gayatri yang berhak naik tahta, namun ia memilih anaknya yang menjalankan
tahta tersebut. Gayatri dengan kearifannya lebih memilih menjadi 'ibu suri' dan
memastikan kerajaan Majapahit dijalankan oleh orang-orang yang tepat. Ia tidak
hanya menuruti kehendak egonya semata untuk menjadi pemimpin, tetapi ia
memikirkan masa depan kerajaan Majapahit. Sementara
itu, Gajah Mada yang bersifat keras dibimbing Gayatri dengan penuh kesabaran.
Alhasil, Gajah Mada mampu menjadi Mahapatih yang dipercaya dan bahu membahu
dengan Ratu Tribhuwana serta Gayatri demi membangun Majapahit.
Tak hanya sampai
di situ, putra Tribhuwana yang juga cucu dari Gayatri, yaitu Hayam Wuruk pun
berhasil membawa Majapahit menuju puncak kejayaan. Hayam Wuruk mampu
mengembangkan Majapahit menjadi makmur dan maju di bidang kesenian dan kebudayaan. Gayatri Sri
Rajapatni mangkat dalam usia 76 tahun sebagai bikshuni atau rahib agama Buddha.
Wanita anggun dan penuh kasih ini tidak mengejar gelar maupun penghargaan. Ia
memilih sikap berada di belakang untuk mendukung, melahirkan dan membesarkan
Raja dan Ratu terbesar Majapahit.