Benarkah 5 Tokoh Besar
Berikut ini Mencapai Moksa alias Menghilang Tanpa Jejak?
Moksa tidak sama dengan mati.
Namun orang awam menggambarkannya, moksa ialah meninggal dunia tanpa
meninggalkan jasad, atau menghilang tanpa jejak. Moksa sendiri ialah
konsep ajaran Hindu-Budha. Artinya melepaskan diri dari ikatan duniawi dan
reinkarnasi kehidupan. Di nusantara, ada beberapa tokoh yang dipercaya
dengan kesaktiannya yang tinggi, mereka mencapai moksa. Karena hingga kini,
makamnya pun tidak pernah ada. Siapa saja mereka?
Ingin Link Grup Whatsapp Anda Disini, Klik Contact Ya
Ingin Nambah Subscribe, Klik Contact Ya
Ingin Nambah Follower IG, Klik Contact Ya
Prabu Siliwangi
Prabu Siliwangi adalah salah
satu Raja Pajajaran yang terkenal dengan kesaktiannya. Dia memiliki banyak
pengikut serta membuat Negeri Sunda menjadi terkenal seantero Nusantara. Ketika
ajaran agama Islam masuk ke Tanah Air, konon ia memilih menyingkir. Prabu
Siliwangi akhirnya memutuskan untuk melakukan tapa brata mencapai moksa.
Sebelum ia pergi meninggalkan kerajaannya, Sang Prabu hanya berpesan kepada
keluarga dan para pengikutnya untuk bebas memilih agama menurut keyakinan
mereka sendiri, tanpa harus mengikuti jejak hidupnya.
Prabu Brawijaya V
Prabu Brawijaya V adalah raja
terakhir Majapahit sebelum kerajaan itu hancur perlahan akibat konflik internal
keluarga kerajaan serta tumbuhnya Kerajaan Islam di tanah air Nusantara. Saat
itu Majapahit kalah berperang dengan Kerajaan Kediri, dan sebelum istana kerajaan
dihancurkan oleh pasukan lawan. Prabu Barawijaya V sempat melarikan diri dan
memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan jalan bertapa moksa.
Namun ada juga versi lain,
sebelum moksa, Prabu Brawijaya V masih memeluk agama Buddha dan di akhir keberadaannya,
dia meminta Sunan Kalijaga yang masih merupakan keturunannya (cucu) untuk
mengislamkannya. Setelah menjadi mualaf, Prabu Brawijaya V melakukan tapa
tingkat akhir di Gunung Lawu dan moksa. Jasad dan kuburannya tak pernah
ditemukan.
Prabu Jayabhaya
Jayabaya adalah raja kerajaan
salah satu pewaris tahta Prabu Erlangga (Airlangga) yang mendapatkan jatah
wilayah di Jenggala (Kediri). Saudaranya, Jayasabha (Jayasaba) adalah pemilik
jatah wilayah lainnya yang berpusat di Panjalu (Daha). Kedua saudara ini terus
menerus berperang untuk mendapatkan wilayah dan pada akhirnya Jayasabha kalah,
ia pun tewas terbunuh di tangan Prabu Jayabhaya dan seluruh Jawa Timur dikuasai
oleh Jayabaya dengan pusat di Kediri.
Namun dibalik kejayaan Prabu
Jayabhaya, ia masih dihantui rasa bersalah dan berdosa karena telah membunuh
saudaranya sendiri. Penyesalan ini semakin berlarut-larut, hingga akhirnya ia
memutuskan untuk meninggalkan Kerajaan Kediri yang ia pimpin. Kesaktiannya
dan keberhasilannya menjadi seorang pinilih (pilihan) menurut agama Hindu,
membuatnya tidak pernah meninggal karena dia dapat melalui proses kematian
normal dengan cara moksa. Jayabaya menghilang tanpa jejak setelah melakukan
tapa moksa di Desa Menang, Kabupaten Kediri.
Semar (Sabdo Palon Noyo
Genggong, Kyai Lurah Semar Badranaya)
Walaupun banyak orang yang
mengatakan bahwa Punokawan termasuk Semar di dalamnya adalah tokoh fiktif,
namun tidak sedikit yang mempercayainya. Sabdo Palon merupakan tokoh
spiritual Prabu Brawijaya V yang kecewa akan keputusan rajanya untuk memeluk
agama Islam. Dia memutuskan untuk pergi dan menghilang secara moksa setelah
Prabu Brawijaya V menjadi mualaf.
Mahapatih Gajah Mada
Jejak kematian Gajah Mada
masih menjadi teka-teki misteri yang belum berhasil terungkap sampai sekarang.
Ada dua versi, pertama dia diceritakan mengalami sakit dan pada akhirnya
meninggal dunia pada tahun 1364. Hal ini seperti yang tertulis pada Kitab Kakawin
Nagarakretagama.
Versi kedua adalah Gajah Mada
melarikan diri setelah terjadinya Perang Bubat, yaitu perang antara Kerajaan
Pajajaran dari Negeri Sunda dengan Kerajaan Majapahit. Gajah Mada dituding
sebagai penyebab utama terjadinya perang. Sebelum tertangkap dan diadili atau
dibunuh, Gajah Mada melakukan yoga samadi dan moksa hingga sekarang ini.