Fakta
Terselubung Kartini Yang Jarang di Ketahui Masyarakat!
1.
Kartini Memiliki Darah Bangsawan dan Ulama
Ingin Link Grup Whatsapp Anda Disini, Klik Contact Ya
Ingin Nambah Subscribe, Klik Contact Ya
Ingin Nambah Follower IG, Klik Contact Ya
Kartini adalah
seorang gadis Jepara yang dilahirkan pada tanggal 21 April 1879. Kartini
memiliki darah seorang bangsawan dari Ayahnya yang bernama Mas Adipati Ario
Sosroningrat. Saat itu, ayahnya merupakan seorang Bupati Jepara yang memiliki
garis keturunan dari Hamengkubuwana VI hingga sampai ke garis keluarga istana
Kerajaan Majapahit.Ibunya sendiri, M.A. Ngasirah, menurut catatan sejarah
Pemerintah Daerah D.I. Yogyakarta merupakan anak dari ulama ternama di tanah
Jepara, yakni Nyai Haji Siti Aminah dan Kiai Haji Madirono yang merupakan guru
ngaji di daerah Teklukawur, Jepara.
2.
Kartini Tidak Bangga Dengan Gelar
Kebangsawanannya
Di masa kecil,
Kartini kerap dipanggil sebagai Raden Ayu Kartini. Namun, ia sebenarnya tidak
suka dengan panggilan Reden Ayu. Hal ini diketahui saat pertama kali ia diberi
gelar Raden Ayu oleh ayahnya setelah Kartini pulang sekolah.Setelah peristiwa
itu, Kartini kerap memikirkan gelar kebangsawanannya itu. Diperhatikannya, di
sekelilingnya sudah banyak perempuan yang dipanggil Raden Ayu sebagaimana
dirinya. Kartini pun lalu berusaha mempelajari makna dibalik panggilan
tersebut. Sehingga suatu hari ia tahu bahwa status kebangsawanannya dengan
panggilan Raden Ayu tidak ada yang bisa dibanggakan. Ia lebih senang dengan
“Kartini” saja.
3.
Kartini Hidup Dalam Keluarga Poligami
Masa kecil
Kartini sampai ia dewasa sudah diliputi dengan kehidupan keluarga poligami. Ia
merupakan anak dari pasangan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan M.A.
Ngasirah. Namun ibunya bukanlah istri utama dari sang ayah, karena ayahnya kemudian
menikah lagi dengan Raden Ajeng Woerjan yang memiliki darah keturunan
ningrat.Di masa dewasanya sendiri, Kartini harus menerima kenyataan disuruh
menikah dengan Raden Adipati Joyodiningrat yang sebenarnya telah memiliki tiga
istri. Keadaan ini membuat Kartini menjadi perempuan yang lekat dengan
kehidupan berpoligami. Dari hasil perkawinan ini, Kartini dikaruniai seorang
anak yang diberi nama Soesalit Djojoadhiningrat sebelum ia meninggal.
4.
Habis Gelap Terbitlah Terang Awalnya Bukanlah Sebuah Buku
Sebenarnya, buku
Kartini “Habis Gelap Terbitlah Terang” pada mulanya bukanlah sebuah buku,
melainkan hanya kumpulan surat-surat yang dikirimkan kepada J.H. Abendanon dan
teman-temannya di Eropa. Setelah Kartini meninggal, J.H Abendanon berinisiatif
untuk membukukan surat-surat tersebut dengan judul “Door Duisternis Tot Licht”
atau yang kini lebih dikenal di Indonesia sebagai “Habis Gelap Terbitlah
Terang”.. CatherineTerbitnya surat-surat kartini ini ternyata sangat menarik
perhatian masyarakat Belanda. Pemikiran-pemikiran Kartini dalam surat-surat itu
mampu mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap adat istiadat budaya Jawa
dalam memperlakukan seorang perempuan. Selain itu, pemikirannya juga mampu
menginspirasi pejuang kebangkitan nasional, yang salah satunya adalah W.R.
Soepratman yang menciptakan lagu berjudul Ibu Kita Kartini.
5.
Mulanya Buku Kartini Tidak Berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang
Saat menikah
dengan Raden Adipati Joyodiningrat, Kartini diberi hadiah terjemahan Al Qur’an
yang diberi nama Faidh Al Rahman Fii Tafsir Qur’an oleh guru ngajinya, Kiai
Soleh Darat. Saat membacanya, Kartini begitu terkesan dengan Surat Al Baqarah
ayat 257 yang menyebutkan bahwa Allah-lah yang membimbing orang-orang beriman
dari gelap menuju cahaya.Dalam surat-surat yang dikirim kepada sahabatnya di
Belanda, J.H. Abendanon, Kartini sering mengulang kalimat “Dari gelap menuju
cahaya”. Atas dasar ini kumpulan surat-surat Kartini yang dibukukan kemudian
diberi judul “Door Duisternis Tot Licht” dalam Bahasa Belanda, yang bila
diartikan menjadi “Dari Gelap Menuju Cahaya”. Barulah di tahun 1922, Balai
Pustaka menerbitkannya dalam Bahasa Melayu dengan judul “Habis Gelap Terbitlah
Terang: Boeah Pikiran”. Di tahun 1938, buku ini terbit lagi dengan judul “Habis
Gelap Terbitlah Terang” menurut versi sastrawan Pujangga Baru, Armijn Pane.
6.
Belanda Mengabadikan Nama kartini Sebagai Nama Jalan
Perjuangan
Kartini memang tak hanya menginspirasi kaum perempuan Indonesia saja, melainkan
kaum perempuan Belanda juga ikut merasakan hal yang sama. Paling tidak inilah
efek yang terasa ketika surat-surat Kartini dibukukan dalam bentuk Bahasa
Belanda dengan judul “Door Duisternis Tot Licht”. Mereka yang membacanya pasti
tersentuh akan ketidakadilan yang harus diterima kaum perempuan pribumi di
tanah Jawa.Untuk itu, nama harum perjuangan Kartini kini diabadikan oleh
pemerintah Belanda sebagai nama jalan. Bukan hanya satu jalan, tapi ada empat jalan
di Belanda yang memakai nama Kartini sebagai nama jalannya. Di Utrecht ada
Jalan R.A. Kartinistraat, di Haarlem ada Jalan Kartini, di Venio pun juga ada
Jalan R.A. Kartinistraat, dan terakhir di Ibukota Belanda, Amsterdam, juga ada
Jalan R.A. Kartinistraat di pusat kota.
Nah, itulah tadi
6 fakta Kartini yang tak banyak diketahui orang Indonesia. Kartini memang
selalu menjadi sosok yang seakan tak pernah membosankan untuk diperbincangkan.
Tak hanya perjuangannya dalam keseteraaan hak, tapi juga kehidupan pribadi dan
kenang-kenangan semasa hidupnya seperti yang dipaparkan dalam fakta-fakta di
atas. Indonesia memang patut berbangga, dibalik dominannya jumlah pejuang
laki-laki untuk kemerdekaan Indonesia, ternyata ada sesosok perempuan yang
bernama Kartini yang mencoba berjuang melawan kultur persamaan hak.