Mengenal
Sunan yang Masa Lalunya Seorang Pencuri, Ternyata Memiliki Ilmu yang Hebat
Para sunan yang tergabung dalam wali
songo memiliki latar belakang masing-masing ada yang memang dipersiapkan untuk
menjadi sunan, ada yang dengan belajar rajin menjadi sunan, ada juga yang
dahulunya pernah menjadi seorang pencuri bahkan perampok.
Sunan Kalijaga sebelum menjadi sunan
dahulunya pernah menjadi pencuri bahkan perampok dengan nama samaran Brandal
Lokajaya. Sunan Kalijaga sebenarnya merupakan anak adipati yaitu Tumenggung
yaitu Tumenggung Arya Wilatikta. Arya Wilatikta merupakan temenggung di
Kerajaan Majapahit. Sosoknya merupakan seorang muslim namun masih tunduk dengan
Majapahit. Pada saat perpecahan akan terjadi di Majapahit seorang penguasa yang
mempersulit rakyat atau tumenggung dimana harus menyetoran hasil bumi dalam
jumlah yang besar dan tanpa memperhatikan kemampuan rakyatnya. Tumenggung
Wilatikta termasuk temenggung yang melakukan hal demikian karena keharuskan
menyetorkan pajak yang besar kepada Majapahit. Raden Said yang merupakan sosok
anak dari Tumenggung Wilatikta tidk setuju dengan apa yang dilakukan oleh
ayahnya dan juga tidak suka akan sikap sewenang-wenang prajurit Majapahit saat
melewati wilayah ketemenggungan ayahnya dimana seenaknya sendiri yang
menyengsarakan rakyat.
Melihat hal demikian membuat Raden Said
berinisiatif membantu rakyat dengan cara menjadi sosok Brandal Lokajaya yang
mana mencuri dan merampok prajurit Majapahit dan penguasa tanah yang pelit dan
juga rumah ketemenggungan yang sebenarnya rumah ayahnya sendiri. Raden Said
membagikan hasil mencuri atau merampok kepada rakyat yang sengsara dan sangat
membutuhkan. Brandal Lokajaya menjadi perbincangan hangat diantara prajurit dan
rakyat Majapahit. Bagi rakyat diketemenggungan merasa senang karena hadirnya
pahlawan yang membantu meringankan kesengsaraan hidupnya namun dipihak
ketemenggungan dan prajurit Majapahit sosok Brandal Lokajaya merupakan sosok
yang harus segera ditumpas.
Berbagai cara dilakukan untuk menangkap
Brandal Lokajaya termasuk menjebaknya. Diketemenggungan jebakan itu berhasil
dan berhasil mengungkap sosok Brandal Lokajaya yang ternyata anak dari
Temenggung sendiri yaitu Raden Said. Temenggung Wilatikta marah dan
mengusirnya.
Saat dalam kesendiriannya dalam masa
pengusiran tersebut, Raden Said bertemu Sunan Bonang. Raden Said berusaha
merampok Sunan Bonang namun berhasil disadarkan oleh Sunan Bonang hingga
akhirnya bertobat dan menjadi sunan setelah mempelajari berbagai pelajaran
tentang islam yaitu menjadi Sunan Kalijaga karena pertemuan di sungai dan
pernah menjaga tongkat Sunan Bonang yang ditancapkan ditepi sungai.
Sosok Sunan Kalijaga mampu merubah
dirinya yang dahulu dikenal sebagai perampok menjadi sosok sunan dan pengajar
ajaran islam setelah belajar banyak kepada para sunan. Sosok Sunan Kalijaga
menjadi sunan yang cukup disegani dan juga sakti karena karomah yang
dimilikinya. Sunan Kalijaga pernah menggunakan karomah dimiliki saat menghadapi
sosok perampok yang berusaha merampok dirinya. Sunan Kalijaga bertempur dengan
perampok tersebut namun sosok sunan hanya diam. Perampok melihat sunan diam
menjadi kesempatan untuk menghajar sunan dengan menggunakan senjatanya namun
tiba-tiba saat senjata itu mengenai diri sunan tiba-tiba sosok sunan berubah
menjadi pohon dan kemudian muncul sunan dibelakan perampok tersebut. Saat
perampok menebas sunan ternyata yang ditebas pohon juga hingga akhirnya
perampok itu menyerah dan bertobat. Nama perampok tersebut adalah Ki Jaghana.
Sosok Sunan Kalijaga juga sosok sunan
yang mampu menyadarkan Pandanaran atau Adipati Semarang yang bernama
Mangkubumi. Sebenarnya sosok Mangkubumi atau Pandanaran merupakan sosok yang
taat beragama dan dekat dengan rakyat namun namanya manusia terkadang
tergelincir. Pandanaran juga pernah mengalami hal sama sifat awalnya yang
terkenal baik namun berubah menjadi sosok yang suka mengumpulkan harta, kikir,
dan sombong. Sunan Kalijaga yang mengenal Pandanaran terpanggil hatinya untuk
merubah sifat Pandanaran tersebut. Sunan Kalijaga menyamar sebagai seorang
penjual rumput dengan pakaian yang compang camping mendatangi Ki Ageng
Pandanaran. Sunan Kalijaga yang menyamar tersebut menemui Ki Ageng Pandanaran
dengan tujuan menawarkan rumput namun tidak menawarkan rumput langsung
melainkan mengingatkan Pandanaran untuk bertobat hal itu mebuat Pandanaran
marah dan mengusirnya. Dihari selanjutnya kejadian itu dilakukan sunan kembali
dan diusir kembali. Hal itu dilakukan kembali dengan menyebut jangan sombong
harta yang kamu miliki tidak ada seberapa dibanding hartaku. Perkataan tukang
penjual rumput itu membuat Pandanaran menantangnya untuk membuktikan kebenarannya
dan Sunan Kalijaga tersebut mencangkul tanah dan tanah cangkulannya berubah
menjadi emas dan terus mencangkul hingga menjadi tumpukan emas hal itu
menyadarkan Pandanaran dan Sunan Kalijaga selanjutkan menunjukan sosok aslinya
sejak itu Pandaaran berubah tidak lagi sombong dan kikir dan hanya peduli
harta. Pandanaran kemudian dikenal sebagai Sunan Bayat.
Sosok Sunan Kalijaga ternyata juga
memiliki senjata yaitu Keris Kyai Carubuk, tongkat kalimasada, dan ontokusuma
yaitu sejenis rompi dari kulit kambing. Berbicara tentang tongkat Kalimasada
merupakan tongkat yang selalu dibawa oleh sunan. Tongkat ini berasal dari kayu
yang didapatkan di Jepara. Sedangkan Keris Kyai Carubuk merupakan keris yang
ditempa dengan api Merapen oleh empu yang bernama Empu Supa Mandagri. Dalam
menempu besi hingga menjadi keris ada hal unik yang terjadi dimana hanya
menempa dengan jari tangannya. Dalam
politik, Sunan Kalijaga bersama dengan sunan lainnya berperan sebagai penasehat
Sultan Patah dalam mengambil tindakan. Sunan Kalijaga juga merupakan sosok guru
yang mengajarkan terhadap Jaka Tingkir yang mana Jaka Tingkir menjadi pribadi
yang baik dan ramah hingga Jaka Tingkir menjadi sosok raja di Pajang. Sunan
Kalijaga juga menjadi penasehat bagi muridnya yaitu Jaka Tingkir dalam memimpin
Pajang.
Itulah sosok Sunan Kalijaga yang
sebenarnya anak dari tumenggung namun berubah menjadi seorang pencuri dengan
tujuan membantu warga. Sunan Kalijaga waktu itu masih dipanggil Raden Said atau
Brandal Lokajaya bertobat mengakui kesalahannya bagaimanapun tujuan baik kalau
caranya tidak baik maka akan membuat kebaikannya menjadi hal yang tidak baik.