Dampak Hambatan
Pendengaran Terhadap Perkembangan Emosi dan Sosial

Ingin Link Grup Whatsapp Anda Disini, Klik Contact Ya
Ingin Nambah Subscribe, Klik Contact Ya
Ingin Nambah Follower IG, Klik Contact Ya
Keterbatasan dalam berkomunikasi
sering menimbulkan kesulitan sosial dan perilaku. Meadow (1987) yang dikutip Hallahan & Kauffman, (1991:71)
menyatakanbahwa: “inventarisasi kepribadian dengan konsisten menunjukkan bahwa
anak-anak
dengan hambatan pendengaran mempunyai lebih
banyak masalah penyesuaian daripada anak-anak normal. Jika anak-anak dengan hambatan pendengaran yang tanpa masalah-masalah nyata atau
serius diteliti, mereka menunjukkan kekhasan akan kekakuan, egosentrik, tanpa
control dalam diri, dan keras kepala”.
Dalam berbagai teori tentang
perkembangan kepribadian dan sosial ditekankan pada pengalaman seseorang semasa
kecil akan memberi pengaruh dalam membentuk perilaku dan penyesuaian diri dalam
hidup dikemudian hari. Deadon (1976) menunjuk pada dua situasi yang akan
dialami anak dengan
hambatan pendengaran pra bahasa pada
umumnya semasa kecilnya yaitu pertama terhalangnya komunikasi antara anak dan
orangtua mereka, dan kedua adalah reaksi orangtua setelah menerima kepastian
tentang diagnosa hambatan pendengaran anak. Sejalan dengan itu Van Uden (1971)
menambahkan bahwa hambatan pendengaran dapat menyebabkan suatu keadaan terasing
atau terisolasi bagi penderitanya.
Berdasarkan pengalaman ternyata
bahwa keluarga yang mempunyai anak dengan hambatan
pendengaran mengalami banyak kesukaran untuk melibatkan anak dalam keadaan dan
kejadian sehari-hari agar mereka mengetahui tentang apa yang terjadi di
lingkungannya. Sering terjadi bahwa karena kemiskinannya dalam bidang
komunikasi, maka anak dengan
hambatan pendengaran kurang dapat
memaknai situasi dankondisi lingkungan di luar dirinya secara utuh dan total
yang akan dapat memperkaya khasanah pengalaman lahiriah dan batiniahnya.
Dengan kata lain keadaan ini tentu
mengakibatkan suatu kekurangan dalam keseluruhan pengalaman anak yang pada
hakikatnya merupakan dasar dari perkembangan perasaan, sikap sosial dan
kepribadian. Jadi dapat diasumsikan bahwa hambatan pendengaran mengubah
pengalaman seseorang dan menyebabkan suatu keterasingan, suatu distansi dan
kontak yang berkurang dengan keadaan sekelilingnya sehari-hari.
Beberapa sifat dan ciri sebagai konsekuensi
dan dampak terhambatnya
perkembangan emosi dan sosial anak tunarungu menurut Van Uden (1971) dan Meadow (1976, 1980) adalah:
Sifat egosentris yang lebih besar daripada anak yang dapat
mendengar.
Karena dunia penghayatan mereka
lebih sempit, maka anak dengan
hambatan pendengaran akan lebih
terarah kepada diri sendiri, sehingga mereka sukar menempatkan diri pada cara
berpikir dan perasaan orang lain, dan kurang menyadari/peduli efek perilakunya
terhadap orang lain.
Memiliki sifat impulsive.
Merupakan tindakan yang tidak
didasarkan pada perencanaan yang
jelas dan matang, serta tanpa mengantisipasi akibat yang mungkin ditimbulkan
oleh perbuatannya. Apa yang mereka inginkan biasanya perlu segera dipenuhi.
Memiliki sifat yang kaku.
Menurut Meadow (1980) hal ini dapat
menyebabkan suatu ketidakmampuan untuk mengubah suatu tuntutan sesuai perubahan
situasi atau kejadian. Erat kaitannya dengan sifat ini adalah kesulitan dalam
mendapatkan pengertian tentang hubungan sebab akibat baik dalam lingkungan
fisik maupun social dan kesulitan dalam memahami alasan atau sebab dari suatu
kejadian.
Sifat lekas marah atau tersinggung.
Meadow (1980) menjelaskan bahwa
pembentukan konsep diri terjadi sejalan dengan perkembangan social seorang
anak. Berdasarkan reaksi atau sikap orang lain dalam lingkungannya terhadap
diri dan tindakannya akan terbentuk pandangan terhadap diri sendiri.