Kesulitan
Belajar Menulis
Kesulitan
belajar menulis, meliputi menulis tangan/ menulis permulaan, mengeja, menulis
ekspresif.
Menulis
tangan/ menulis permulaan faktor-faktor yg mempengaruhi kemampuan menulis menurut lerner(1985)
yaitu motorik,
perilaku,
persepsi,
memori,
kemampuan
melaksanakan cross modal, penggunan tangan
yg dominan dan kemampuan memahami instruksi.
Karakteristik menulis dengan tangan/ menulis permulaan,
dari cara memegang
pensil: sudut pensil terlalu besar,
sudut pensil
terlalu kecil, menggengam pensil dan menyeret pensil ( Hornsby 1984:66).
Lovitt (1989:237 ) mengemukakan
bahwa anak berkesulitan belajar
memiliki berbagai masalah dalam
menulis tangan, seperti : menulis dengan lambat, salah dalam menulis
huruf dan angka, tulisannya
terlalu miring, kesulitan menentukan besarnya jarak per huruf/spasi, mis. jarak tulisannya terlalu rapat,
kesulitan mengikuti garis lurus atau ketidakmampuan
untuk menulis tepat pada garis horizontal, tulisan tidak terbaca, tekanan pensil yang terlalu kuat atau terlalu lemah, serta tulisan yang berbayang.
Kesulitan
menulis dengan tangan/menulis permulaan, yaitu tulisan tidak beraturan, permulaan menulis yang lemah dibuktikan dengan coretan
tidak bertenaga, terburu-buru, gemetar, terputus-putus, hampir tidak terbaca. Permulaan
menulis yang tergesa-gesa dibuktikan dengan kegelisahan yang menyeluruh,
huruf-hurufnya terkesan asal tulis dan tidak tepat, bentuk tulisan tidak jelas.
Permulaan proses menulis tidak bertujuan, dibuktikan dengan mencoret ke
berbagai arah, bentuk huruf tidak wujud dan tak tersambung. Proses menulis yang tegang, ujung-ujung
jari tidak bisa digerakan, dibuktikan dengan gerakan menulis yang tertahan,
huruf bergerigi. Sikap seluruh tubuh yang kaku, terlihat dari posisi pinggul
dan pergelangan bahu, saling menggeser sehingga terlalu kuat menekan alat
tulisnya. Ketegangan sebagai reaksi untuk menahan gerakan yang terlalu kuat.
Mengeja adalah
memproduksi urutan huruf secara benar dari suatu kata, baik dalam bentuk ucapan maupun tulisan. Huruf yang sama memiliki makna berbeda
bila disusun pada secara berbeda.
b, i, u à ibu , ubi, Kesulitan
mengeja terjadi apabila anak tidak memiliki memori yang baik tentang huruf-huruf, baik
memori visual maupun memori auditif.
Kesulitan mengeja dalam bentuk tulisan ditandai dengan adanya:
Penambahan huruf yang tidak diperlukan(
Bandung-bandunga). Penghilangan huruf (Bandung-badung). Muncul pola-pola bicara
dialektis ( bandung- embandung). Muncul penggantian huruf seperti kesalahan
ucapan ( roti- wroti). Memutar balikan huruf dalam kata seperti ibu ditulis ubi. Memutar
balikan penempatan konsonan atau vokal dalam kata, seperti berjalan ditulis bejrlan.
Memutar balikan suku kata dalam kata seperti laba
ditulis bala. Kombinasi dari kesalahan-kesalahan
diatas.
Menulis ekspresif adalah
mengungkapkan pikiran dan perasaan
melalui tulisan yang dapat dipahami oleh
para pembaca yang sebahasa.
Kesulitan dalam menulis ekspersif, ditandai dengan kurang terampilnya
mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui tulisan, baik ditinjau dari segi : panjang karangan, keindahan tulisan,
penulisan ejaan, penggunaan tata bahasa, maupun dari segi ideasi (antara lain menyangkut substansi
dan katerpahaman tulisan).