
Jakarta
Kota yang Paling Tidak Aman di Dunia ke-50 ditinjau dari Mazhab Biososiologis
Ibukota Jakarta menempati rangking
terakhir di antara 50 kota besar di dunia dalam hal keamanan. Itu merupakan
hasil riset dari The Economist Intelligence Unit dalam riset yang bertajuk
"EIU Safe Cities Index 2015". Sebagaimana dikutip dari
safecities.economist.com, disebutkan bahwa laporan tersebut didasarkan pada 40
indikator kualitatif dan kuantitatif. Secara tematik, indikator tersebut adalah
keamanan digital, kesehatan, keamanan infrastruktur, dan keamanan personal.
Penyebab
kota Jakarta menjadi kota yang paling tidak aman akan dibahas dan ditinjau dari
mazhab biososiologis. Mazhab biososiologis salah satunya dikemukakan oleh Van
Hamel (1842-1917) dari Belgia. Mazhab bio-sosiologis berpandangan bahwa
seseorang melakukan tindakan kejahatan itu berdasarkan individunya sendiri yang
merupakan watak sejak lahir dan faktor lingkungan yang mendukungnya untuk
berbuat jahat. Sifat individu yang melakukan kejahatan dibawa sejak lahir
(sebagai faktor heriditer) yaitu meliputi keadaan badaniah, jenis kelamin,
tingkat kecerdasan (IQ), temperamen dan kesehatan mental (psycho hygiene).
Sedangkan faktor lingkungan yang mendorong seseorang melakukan kejahatan
meliputi keadaan lingkungan fisik seperti keadaan geografis dan
klimatologis,serta keadaan social ekonomi masyarakat, tingkat peradaban
masyarakat, keadaan politik suatu Negara dan lain-lain.
Terus
apa saja yang terjadi dengan warga kota Jakarta sehingga banyak yang melakukan
tindak kejahatan? Ini adalah contoh kasus yang mendukung kenapa kota Jakarta
menjadi kota yang paling tidak aman:
Hanya gara-gara menimpuk seekor anjing
yang menggonggonginya, Mulyono (27) harus kehilangan nyawanya. Tukang ojek ini
tewas dibacok oleh si pemilik anjing. "Kasusnya ditangani Polsek
Cakung," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Boy Rafli Amar,
Kamis (1/7/2010). Peristiwa itu terjadi pada Rabu (30/6/2010) pukul 21.00 WIB.
Saat itu, korban bersama penumpang sedang melintas di Kampung Baru RT 09 RW 08
Cakung Barat, Cakung, Jakarta Utara. Mulyono dikagetkan dengan gonggongan
anjing. Anjing itu juga mengejarnya. Karena ketakutan, korban lalu berhenti dan
menimpuk anjing tersebut dengan batu bata. Rupanya, aksi Mulyono ini diketahui
oleh pemilik anjing, Jan Des Nainggolan (37). Tidak terima anjingnya tersakiti,
pelaku lalu membacok korban dengan menggunakan golok ke arah kepala, pipi dan
punggung. Akibatnya korban mengalami luka sobek di pipi dan perut. Korban lalu
meninggal dunia dalam perjalanan ke RS Islam Sukapura, Jakarta Utara. Polisi
menyita barang bukti golok dan batu bata. Akibat perbuatan itu, Jan Des harus
berurusan dengan polisi. Dia dijerat dengan pasal 351 KUHP tentang pengeroyokan
yang menyebabkan seseorang meninggal dunia.
Sungguh mudah bukan alasan seseorang membunuh dikota Jakarta yang metropolitan itu. Jika ditinjau dari mazhab bio-sosiologis ini maka ada beberapa kesimpulan dari kasus tersebut. Kejahatan tidak hanya karena faktor dari lingkungan saja melainkan cara pikir dan temperamental dari si pelaku yang mungkin sejak dari awal dibawa sejak lahir atau herediter, karena tidak mungkin seseorang dengan mudahnya membunuh karena hal sepele seperti itu. Dan faktor lingkungannya yang mendukung untuk berbuat jahat adalah lingkungan komplek yang kurang adanya keharmonisan antar tetangga didalamnya.
Sungguh mudah bukan alasan seseorang membunuh dikota Jakarta yang metropolitan itu. Jika ditinjau dari mazhab bio-sosiologis ini maka ada beberapa kesimpulan dari kasus tersebut. Kejahatan tidak hanya karena faktor dari lingkungan saja melainkan cara pikir dan temperamental dari si pelaku yang mungkin sejak dari awal dibawa sejak lahir atau herediter, karena tidak mungkin seseorang dengan mudahnya membunuh karena hal sepele seperti itu. Dan faktor lingkungannya yang mendukung untuk berbuat jahat adalah lingkungan komplek yang kurang adanya keharmonisan antar tetangga didalamnya.