Mengenal Sosok
Mbah Priok dan Makamnya yang Penuh Sejarah
Jakarta
merupakan ibukota Indonesia. Jakarta memiliki Pelabuhan Tanjung Priok yang mana
ada makam kramat disana yang dikenal sebagai makam Mbah Priok.
Sosok
Mbah Priok tidak lepas dari Tanjung Priok dimana makam Mbah Priok berada.
Pemberian nama Tanjung Priok tidak lepas adanya makam Mbah Priok sebagai sosok
penyebar islam atau ulama besar di Tanjung Priok. Sosoknya menjadi bagian dari
perkembangan islam di Jakarta. Namun ada juga beberapa orang yang menyangkal
keberadaan Makam Mbah Priok bukanlah asal dari nama Tanjung Priok. Pro Kontra
tentang asal nama Tanjung Priok terus berlanjut namun dalam kesempatan kali ini
akan membahas tentang sosok Mbah Priok dan makamnya.
Sosok
Mbah Priok diperkirakan lahir pada tahun 1727 di Palembang. Sosok Mbah Priok
masih keturunan Arab yaitu Yaman tepatnya di Hadramaut. Menurut peneliti yang
bernama Van Den Berg, Hubungan Hadramaut dengan Palembang memang memiliki
cerita yang panjang dimana banyak ulama dari Hadramaut yang singgah di
Palembang sebelum Palembang dikenal sebagai Pelabuhan sebelumnya singgah di
Aceh. Persinggahan ini mengakibatkan timbulnya hubungan antara penduduk
Palembang dengan para ulama Hadramaut yang mana para ulama tersebut menyebarkan
islam di Palembang.
Orang
Hadramaut yang melakukan perjalanan ke Palembang umumnya masih keturunan Nabi
Muhammad SAW. Orang Hadramaut yang di Palembang ada yang berdagang ada juga
yang menyebarkan agama islam. perkembangan selanjutnya banyak orang dari
Hadramaut yang menetap dan memiliki anak cucu di Palembang termasuk sosok Mbah
Priok. Sosok Mbah Priok belajar islam dari
kakeknya kemudian juga pernah pergi ke Yaman untuk memperdalam islam. Setelah
dirasa cukup, Sosok Mbah Priok kembali ke Palembang.
Adanya
Belanda yang menjajah Indonesia membuat timbulnya perlawanan-perlawanan begitu
juga di Palembang. Belanda sangat membatasi siar islam dan berupaya untuk
membubarkan jika ada kumpulan orang karena dianggap sedang mengatur strategi
untuk menyerang Belanda. Belanda menjadi masalah tersendiri bagi perkembangan
islam namun para tokoh agama tidak takut akan tekanan dari Belanda.
Mengenai
makam Mbah Priok di Jakarta berawal dari dirinya beserta santrinya yang ingin
menyebarkan islam di Jawa. Mereka melakukan perjalanan laut untuk sampai di
Jawa namun ternyata prau mereka diikuti oleh Belanda. Belanda melancarkan
tembakan-tembakan untuk menghentikan prau namun semangat mereka tidak luntur
untuk menyebarkan islam di Jawa. Lepas dari Belanda ternyata harus berhadapan
dengan ombak besar yang akhirnya membuat kapal Mbah Priok terbalik dan beberapa
muridnya meninggal. Mbah Priok dengan sekuat tenaga berusaha bertahan.
Berhari-hari dengan kapal terbalik yang hancur dan dayung menemaninya hanyut
dilautan hingga dirinya terdampar ke daratan dengan keadaan meninggal.
Sosok
Mbah Priuk ditemukan warga sekitar dan dimakamkan daerah sekitar. Mbah Priok
tidak sendirian ternyata ada sosok yang selamat dari tragedi prau terkena ombak
tersebut yaitu Al Arif Billah keadaanya lemah dan sempat ditolong dan selamat
kemudian mengajarkan islam didaerah tersebut namun tidak menetap selamanya
karena akhirnya pelanjutkan perjalanan menuju Sumbawa.
Makam
Mbah Priok ternyata penuh sejarah sendiri dimana sempat beberapa kali akan di
bongkar namun semuanya gagal terlaksana. Berawal dari masa penjajahan Belanda
yang ingin membongkar makamnya namun urung dilakukan setelah mendengan suara
keras dari dalam makam ditambah dengan sinar yang memancar dari dalam makam.
Tidak berhenti disitu, Pada masa Indonesia sudah merdeka tepatnya pada masa
Orde Baru, Pernah akan membongkar makam tersebut namun akhirnya gagal
terlaksana akibat buldozer yang digunakan meledak menyebabkan beberapa korban
kemudian urung dilakukan.
Peristiwa
pembongkaran kembali terjadi sekitar tahun 2010 dimana terjadi sengketa tanah
antara santri dan ulama dengan pihak-pihak yang berkepentingan pembangunan
terminal peti emas yang mengakibatkan masa dan polisi bentrok. Lahan seluas 3,4
Hektar itu menjadi tanah yang direbutkan karena kepentingan yang berbeda.
Satpol PP dan Polisi harus bentrok dengan ulama dan santri yang berusaha
mempertahankan tetap adanya makam tersebut. Banyak korban luka-luka dari kedua
belah pihak namun masalah itu terselesaikan ketika Gubernur Ahok mengeluarkan
SK yang berisi tentang Makam Mbah Priok harus di jaga sebagaimana menjaga cagar
budaya. Itulah cerita tentang Mbah Priok dan Makamnya
yang menjadi bagian dari sejarah Jakarta terutama Pelabuhan Tanjung Priok.