x9iXyGPMXQeKKlpX8lac8UjwJ5Wv9XduLyNcwRkJ

Siapakah Mbah Priok?

Siapakah Mbah Priok
Mengenal Sosok Mbah Priok dan Makamnya yang Penuh Sejarah
Jakarta merupakan ibukota Indonesia. Jakarta memiliki Pelabuhan Tanjung Priok yang mana ada makam kramat disana yang dikenal sebagai makam Mbah Priok.
Ingin Link Grup Whatsapp Anda Disini, Klik Contact Ya
Ingin Nambah Subscribe, Klik Contact Ya 

Ingin Nambah Follower IG, Klik Contact Ya
Sosok Mbah Priok tidak lepas dari Tanjung Priok dimana makam Mbah Priok berada. Pemberian nama Tanjung Priok tidak lepas adanya makam Mbah Priok sebagai sosok penyebar islam atau ulama besar di Tanjung Priok. Sosoknya menjadi bagian dari perkembangan islam di Jakarta. Namun ada juga beberapa orang yang menyangkal keberadaan Makam Mbah Priok bukanlah asal dari nama Tanjung Priok. Pro Kontra tentang asal nama Tanjung Priok terus berlanjut namun dalam kesempatan kali ini akan membahas tentang sosok Mbah Priok dan makamnya.
Sosok Mbah Priok diperkirakan lahir pada tahun 1727 di Palembang. Sosok Mbah Priok masih keturunan Arab yaitu Yaman tepatnya di Hadramaut. Menurut peneliti yang bernama Van Den Berg, Hubungan Hadramaut dengan Palembang memang memiliki cerita yang panjang dimana banyak ulama dari Hadramaut yang singgah di Palembang sebelum Palembang dikenal sebagai Pelabuhan sebelumnya singgah di Aceh. Persinggahan ini mengakibatkan timbulnya hubungan antara penduduk Palembang dengan para ulama Hadramaut yang mana para ulama tersebut menyebarkan islam di Palembang.
Orang Hadramaut yang melakukan perjalanan ke Palembang umumnya masih keturunan Nabi Muhammad SAW. Orang Hadramaut yang di Palembang ada yang berdagang ada juga yang menyebarkan agama islam. perkembangan selanjutnya banyak orang dari Hadramaut yang menetap dan memiliki anak cucu di Palembang termasuk sosok Mbah Priok. Sosok Mbah Priok belajar islam dari kakeknya kemudian juga pernah pergi ke Yaman untuk memperdalam islam. Setelah dirasa cukup, Sosok Mbah Priok kembali ke Palembang.
Adanya Belanda yang menjajah Indonesia membuat timbulnya perlawanan-perlawanan begitu juga di Palembang. Belanda sangat membatasi siar islam dan berupaya untuk membubarkan jika ada kumpulan orang karena dianggap sedang mengatur strategi untuk menyerang Belanda. Belanda menjadi masalah tersendiri bagi perkembangan islam namun para tokoh agama tidak takut akan tekanan dari Belanda.

Mengenai makam Mbah Priok di Jakarta berawal dari dirinya beserta santrinya yang ingin menyebarkan islam di Jawa. Mereka melakukan perjalanan laut untuk sampai di Jawa namun ternyata prau mereka diikuti oleh Belanda. Belanda melancarkan tembakan-tembakan untuk menghentikan prau namun semangat mereka tidak luntur untuk menyebarkan islam di Jawa. Lepas dari Belanda ternyata harus berhadapan dengan ombak besar yang akhirnya membuat kapal Mbah Priok terbalik dan beberapa muridnya meninggal. Mbah Priok dengan sekuat tenaga berusaha bertahan. Berhari-hari dengan kapal terbalik yang hancur dan dayung menemaninya hanyut dilautan hingga dirinya terdampar ke daratan dengan keadaan meninggal.
Sosok Mbah Priuk ditemukan warga sekitar dan dimakamkan daerah sekitar. Mbah Priok tidak sendirian ternyata ada sosok yang selamat dari tragedi prau terkena ombak tersebut yaitu Al Arif Billah keadaanya lemah dan sempat ditolong dan selamat kemudian mengajarkan islam didaerah tersebut namun tidak menetap selamanya karena akhirnya pelanjutkan perjalanan menuju Sumbawa.
Makam Mbah Priok ternyata penuh sejarah sendiri dimana sempat beberapa kali akan di bongkar namun semuanya gagal terlaksana. Berawal dari masa penjajahan Belanda yang ingin membongkar makamnya namun urung dilakukan setelah mendengan suara keras dari dalam makam ditambah dengan sinar yang memancar dari dalam makam. Tidak berhenti disitu, Pada masa Indonesia sudah merdeka tepatnya pada masa Orde Baru, Pernah akan membongkar makam tersebut namun akhirnya gagal terlaksana akibat buldozer yang digunakan meledak menyebabkan beberapa korban kemudian urung dilakukan.
Peristiwa pembongkaran kembali terjadi sekitar tahun 2010 dimana terjadi sengketa tanah antara santri dan ulama dengan pihak-pihak yang berkepentingan pembangunan terminal peti emas yang mengakibatkan masa dan polisi bentrok. Lahan seluas 3,4 Hektar itu menjadi tanah yang direbutkan karena kepentingan yang berbeda. Satpol PP dan Polisi harus bentrok dengan ulama dan santri yang berusaha mempertahankan tetap adanya makam tersebut. Banyak korban luka-luka dari kedua belah pihak namun masalah itu terselesaikan ketika Gubernur Ahok mengeluarkan SK yang berisi tentang Makam Mbah Priok harus di jaga sebagaimana menjaga cagar budaya. Itulah cerita tentang Mbah Priok dan Makamnya yang menjadi bagian dari sejarah Jakarta terutama Pelabuhan Tanjung Priok.