
Teori
relativitas merupakan revolusi dari ilmu matematika dan fisika. Sejatinya, 1.100 tahun sebelum Einstein mencetuskan
teori relativitas, ilmuwan Muslim di abad ke-9 M telah meletakkan dasar-dasar
teori relativitas. Adalah saintis dan filosof legendaris bernama Al-Kindi yang mencetuskan teori itu.
Sesungguhnya tak
mengejutkan jika ilmuwan besar sekaliber Al-Kindi telah mencetuskan teori itu
pada abad ke-9 M. Apalagi, ilmuwan
kelahiran Kufah tahun 801 M itu pasti sangat menguasai kitab suci Alquran. Sebab, tak diragukan lagi jika ayat-ayat
Alquran mengandung pengetahuan yang absolut dan selalu menjadi kunci tabir
misteri yang meliputi alam semesta raya ini.
Ayat-ayat
Alquran yang begitu menakjubkan inilah yang mendorong para saintis Muslim di
era keemasan mampu meletakkan dasar-dasar sains modern. Sayangnya,
karya-karya serta pemikiran para saintis
Muslim dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah ditutup-tutpi dengan cara-cara yang sangat
jahat.
Dalam Al-Falsafa al-Ula, ilmuwan bernama lengkap Yusuf Ibnu Ishaq
Al-Kindi itu telah mengungkapkan dasar-dasar teori relativitas. Sayangnya,
sangat sedikit umat Islam yang mengetahuinya. Sehingga, hasil pemikiran yang
brilian dari era kekhalifahan Islam itu seperti tenggelam ditelan zaman.
Menurut
Al-Kindi, fisik bumi dan seluruh fenomena fisik adalah relatif. Relativitas,
kata dia, adalah esensi dari hukum eksistensi. “Waktu, ruang, gerakan, benda
semuanya relatif dan tak absolut,” cetus Al-Kindi. Namun, ilmuwan Barat seperti
Galileo, Descartes dan Newton menganggap semua fenomena itu sebagai sesuatu
yang absolut. Hanya Einstein yang sepaham dengan Al-Kindi.
"Waktu
hanya eksis dengan gerakan; benda, dengan gerakan; gerakan, dengan benda,”
papar Al-Kindi. Selanjutnya, Al-Kindi berkata,” ... jika ada gerakan, di sana
perlu benda; jika ada sebuah benda, di sana perlu gerakan.” Pernyataan Al-Kindi
itu menegaskan bahwa seluruh fenomena fisik adalah relatif satu sama lain.
Mereka tak independen dan tak juga absolut.
Gagasan yang
dilontarkan Al-Kindi itu sangat sama dengan apa yang diungkapkan Einstein dalam
teori relativitas umum.
"Sebelum teori relativitas
dicetuskan, fisika klasik selalu menganggap bahwa waktu adalah absolute,” papar
Einstein dalam La Relativite. Menurut Einstein, kenyataannya pendapat yang
dilontarkan oleh Galileo, Descartes dan Newton itu tak sesuai dengan definisi waktu yang
sebenarnya.
Menurut
Al-Kindi, benda, waktu, gerakan dan
ruang tak hanya relatif terhadap satu sama lain, namun juga ke obyek lainnya dan pengamat yang memantau
mereka. Pendapat Al-Kindi itu sama dengan apa yang diungkapkan Einstein.
Dalam Al-Falsafa al-Ula, Al-Kindi mencontohkan
seseorang yang melihat sebuah obyek yang ukurannya lebih kecil atau lebih besar
menurut pergerakan vertikal antara bumi dan langit. Jika orang itu naik ke atas
langit , dia melihat pohon-pohon lebih
kecil, jika dia bergerak ke bumi, dia
melihat pohon-pohon itu jadi lebih besar.
“Kita tak dapat
mengatakan bahwa sesuatu itu kecil atau besar secara absolut. Tetapi kita dapat
mengatakan itu lebih kecil atau lebih besar dalam hubungan kepada obyek yang
lain,” tutur Al-Kindi. Kesimpulan yang sama diungkapkan Einsten
sekitar 11 abad setelah Al-Kindi wafat.
Menurut
Einstein, tak ada hukum yang absolut dalam pengertian hukum tak terikat pada
pengamat. Sebuah hukum, papar dia, harus dibuktikan melalui pengukuran.
Al-Kindi menyatakan, seluruh fenomena
fisik, seperti manusia menjadi dirinya adalah relatif dan terbatas.
Meski setiap
individu manusia tak terbatas dalam jumlah dan keberlangsungan, mereka
terbatas; waktu, gerakan, benda, ruang juga terbatas. Einstein lagi-lagi mengamini
pernyataan Al-Kindi yang dilontarkannya pada abad ke-11 M. "Eksistensi
dunia ini terbatas, meskipun eksistensi tak terbatas,” papar Einstein.
Dengan teori
itu, Al-Kindi tak hanya mencoba menjelaskan seluruh fenomena fisik. Namun, juga
dia membuktikan eksistensi Tuhan, karena itu adalah konsekuensi logis dari
teorinya. Di akhir hayatnya, Einsten pun mengakui eksistensi Tuhan. Teori
relativitas yang diungkapkan kedua ilmuwan berbeda zaman itu itu pada dasarnya
sama. Hanya saja, penjelasan Einstein telah
dibuktikan dengan sangat teliti.
Bahkan, teori
relativitasnya telah digunakan untuk pengembangan energi, bom atom dan senjata
nuklir pemusnah massal. Sedangkan, Al-Kindi mengungkapkan teorinya itu untuk
membuktikan eksistensi Tuhan dan Keesaannya.
Sayangnya, pemikiran cemerlang sang saintis Muslim tentang teori relativitas itu itu tak banyak
diketahui.
RELATIVITAS
DALAM ALQURAN
Alam semesta
raya ini selalu diselimuti misteri. Kitab suci Alquran yang diturunkan kepada
umat manusia merupakan kuncinya. Allah SWT telah menjanjikan bahwa Alquran
merupakan petunjuk hidup bagi orang-orang yang bertakqwa. Untuk membuka selimut misteri alam semesta
itu, Sang Khalik memerintahkan agar manusia berpikir.
Inilah beberapa
ayat Alquran yang membuktikan teori relativitas itu:
"....
Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun dari
tahun-tahun yang kamu hitung.” (QS: Al-Hajj:47).
"Dia
mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya-Nya
dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu.” (Qs: As-Sajdah:5).
"Yang
datang dari Allah, yang mempunyai tempat-tempat naik. Malaikat-malaikat dan
Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu
tahun.” (QS:70:34).
“Dan kamu lihat
gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya. Padahal ia berjalan
sebagaimana jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan
kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS: An-Naml:88).
"Allah
bertanya: 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab:
'Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada
orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman: 'Kamu tidak tinggal (di bumi)
melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui'." (QS:
23:122-114)
Karena kebenaran
Alquran itu, konon diakhir hayatnya Einsten secara diam-diam juga telah memeluk agama Islam. Dalam sebuah tulisan,
Einstein mengakui kebenaran Alquran. “Alquran bukanlah buku seperti aljabar
atau geometri. Namun, Alquran adalah kumpulan aturan yang menuntun umat manusia
ke jalan yang benar. Jalan yang tak dapat ditolak para filosof besar,” ungkap
Einstein. Wallahualam.