x9iXyGPMXQeKKlpX8lac8UjwJ5Wv9XduLyNcwRkJ

Pendekatan Belajar atau Lingkungan

Pendekatan Belajar atau Lingkungan
Ingin Link Grup Whatsapp Anda Disini, Klik Contact Ya
Ingin Nambah Subscribe, Klik Contact Ya 

Ingin Nambah Follower IG, Klik Contact Ya
Pendekatan Belajar atau Lingkungan
Teori-teori belajar atau lingkungan berakar dari asumsi bahwa tingkah laku anak diperoleh melalui pengkondisian (conditioning) dan prinsip-prinsip belajar. Di sini dibedakan antara tingkah laku yang temporer (tidak dapat diamati atau hanya berdasarkan proses biologis). Dalam hal ini B.F. Skinner membedakan “respondent behavior” dengan “operant behavior”.

Respondent Behavior, merupakan respons yang didasarkan kepada refleks yang dikontrol oleh stimulus. Respons ini terjadi ketika ada stimulus dan tidak terjadi apabila stimulus itu tidak ada. Dalam kehidupan manusia, tingkah laku  responden terjadi selama masa anak yang termasuk didalamnya refleks, seperti mengisap dan menggenggam. Anak-anak dan juga orang dewasa biasa menampilkan tingkah laku responden, yaitu dalam bentuk respons fisiologis (seperti bersin) dan respons emosional (seperti sedih dan marah).

Operant Behavior, yaitu tingkah laku sukarela yang dikontrol oleh dampak atau konsekuennya. Pada umumnya dampak tingkah laku yang menyenangkan cenderung akan diulang kembali, sedangkan yang tidak menyenangkan cenderung ditinggalkan atau tidak diulang kembali.

Ada empat tipe cara pengkondisian dalam kegiatan belajar.
Habituasi, yaitu bentuk belajar yang melibatkan tingkah laku responden dan terjadi ketika respons refleks menghilang karena diperolehnya stimulus yang sama secara berulang. Contohnya jika kita bertepuk tangan di dekat anak (bayi), maka dia akan memperlihatkan respons kekagetannya/keterkejutannya dengan membalikkan seluruh badannya atau menoleh. Apabila bertepuk tangan diulang-ulang dengan frekuensi yang relatif sama (seperti 15 detik sekali) maka respons kekagetannya akan menghilang.

Respodent Conditioning (Classical), merupakan salah satu bentuk belajar yang netral, melibatkan reflex dimana stimulus memperoleh kekuatan untuk mendapatkan respons reflektif (respons tak bersyarat) sebagai hasil asosiasi dengan stimulus tak bersyarat. Stimulus netral kemudian menjadi stimulus bersyarat.

Operant Conditioning, bentuk belajar dimana tingkah laku operan berubah karena dipengaruhi oleh dampak tingkah laku tersebut. Dampak yang membuat suatu  respons terjadi kembali disebut “reinforcer”.

Discriminating Learning, tipe belajar yang sangat erat dengan “operant conditioning”. Kadang-kadang tingkah laku yang sama dari anak yang sama menghasilkan dampak yang berbeda, bergantung pada keadaan; contohnya, kegiatan agresif (menyerang) mungkin akan mendapat pujian pada saat bermain sepak bola, tetapi akan mendapat hukuman apabila dilakukan di ruang kelas.

Teori lain dari pendekatan ini adalah model belajar sosial. Model ini sangat dipengaruhi oleh pemikiran Albert Bandura yang lebih mengajukan peranan faktor-faktor kognitif daripada analisis tingkah laku. Asumsi terpentingnya adalah bahwa belajar observasional terjadi ketika tingkah laku observer (anak) berubah sebagai hasil dari pandangannya terhadap tingkah laku seorang model (seperti orangtua, guru, saudara, teman, pahlawan, dan bintang film). Hal yang sangat penting dari “modeling” adalah mencontoh tingkah laku yang diobservasi atau mengabstraksinya dalam bentuk yang umum.

Bandura meyakini bahwa belajar melalui observasi (observational learning) atau “modeling’ itu melibatkan empar proses, yaitu sebagai berikut:
Attentional, yaitu proses dimana observer atau anak menaruh perhatian terhadap tingkah laku atau penampilan model (orang yang diimitasi).
Retention, yaitu proses yang merujuk kepada upaya anak untuk memasukkan informasi tentang model, seperti karakteristik penampilan fisiknya, mental, dan tingkah lakunya ke dalam memori.
Production, yaitu proses mengontrol tentang bagaimana anak dapat mereproduksi respons atau tingkah laku model. Kemampuan mereproduksi ini bisa berbentuk keterampilan fisik atau kemampuan mengidentifikasi tingkah laku model.
Motivational, yaitu proses pemilihan tingkah laku model yang diimitasi oleh anak. Dalam proses ini terdapat faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu “reinforcement” atau “punishment”, apakah terdapat model atau langsung kepada anak.

Selain itu environmental learning juga berpengaruh, berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar. Manfaat keberhasilan pembelajaran akan terasa manakala apa yang diperoleh dari pembelajaran dapat diaplikasikan dan diimplementasikan dalam realitas kehidupan. Inilah salah satu sisi positif yang melatarbelakangi pembelajaran dengan pendekatan lingkungan.

Dampak positif dari diterapkannya pendekatan lingkungan yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkungannya. Seandainya mrenungi empat pilar pendidikan yakni learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to be (belajar untuk menjadi jati dirinya), learning to do (Belajar untuk mengerjakan sesuatu) dan learning to life together (belajar untuk bekerja sama) dapat dilaksanakan melalui pembelajaran dengan pendekatan lingkungan yang dikemas sedemikian rupa. Sedangkan kelemahannya membutuhkan tenaga yang lebih, dan hanya dapat digunakan dalam beberapa materi pembelajaran.