Ingin Link Grup Whatsapp Anda Disini, Klik Contact Ya
Ingin Nambah Subscribe, Klik Contact Ya
Ingin Nambah Follower IG, Klik Contact Ya
Akibatnya perkembangan kognitif anak
tunanetra cenderung terhambang diabandingkan dengan anak-anak pada umumnya. Hal
ini disebabkan perkembangan kognitif tidak saja erat kaitannya dengan
keceerdasan atau kemampuan intelegensinya,tetapi juga dengan kemampuan indera
penglihatnnya. Indera penglihatan ialah salah satu indera penting dalam
menerima informasi yang dating dari luar dirinya. Melalui indera penglihatn seseorang mampu
melakukan pengamatan terhadap dunia sekitar, tidak saja pada bentuknya, tetapi
juga pengamatan dalam warna,dan dinamikanya.
Pada anak tuna netra penerimaan
rangsangan digantikan oleh indera pendengaran sebagai saluran utama penerima
informasi.sedangkan indera pendengaran hanya mampu menerima informasi berupa
suara. Berdasarkan suara seseorang hanya mampu mendeteksi dan menggambarkan
tentang arah,sumber,jarak, ukuran dan kualitas ruang, tetapi tidak mampu
mendeteksi dan menggambarkan secara konkret tentang warna dan dinamikannya.
Kurangnya stimulus visual,perkembangan
bahsa anak tuna netra juga tertinggal dibanding anak- anak pada umumnya. Pada
anak nuta netra,kemampuan kosakata terbagi menjadi dua golongan, yaitu
kata-kata bagi yang berarti bagi dirinya berdasarkan pengalaman sendiri, dan
kata-kata verbalitas.
Kosakata anak tunanetra cenderung
bersifat definitife,yaitu kosakata yang dia dapat dari pengalamannya tidak
mampu untuk diintergrasikan secara menyeluruh. Hal ini disebabkan perkembangan
kemampuan kognitif sesorang menuntut partisipasi aktif,peran dan fungsi
penglihatn sebagai saluran utaman terhadap pengamatan yang di raih.
Karena anak tunanetra tidak mampu
menggunakan kemampuan visualnya akibatnya anak tunanetra mengalami
keterlambatan dalam perkembangan kognitifnnya. Berikut perkembagna kognitif
anak tunanetra :
Tahap Sensori
motor
Tahap ini
ditandai dengan penggunaan sensori-motor dalam pengamatan dan penginderaan yang
ontensif terhadpa dunia sekitar. Pada anak tunanetra prestasi intelektual dalam
perkembangan bahasa bukan masalah besar,asal lingkungan memberikan stimuli yang
kuat dan intensif terhadap anak. Tanpa stimuli tersebut bukan berarti anak
tunanetra mengalami perkembangan bahasa
yang tidak terhambat, visual juga merupakan faktor penting. Prestasi
intelektual dalam konsep tentang objek,control,skema dan pengenalan hubungan sebab
akibat jelas akan mengalami hambatan.
Menurut Piaget
(Coirul Anam,1985) “Anak tunanetra akan mengalami keterlambatan sekita empat
bulan dari anak-anak pada umumnya”.
Tahap
pra-operasional
Tahap ini
ditandai dengan cara berpikir yang bersifat tranduktif(menarik kesimpulan
stentang sesuatu yang khusus atas dasar hal yang khusus;sapi disebut kerbau).
Anak tunanetra
cenderung mengalami hambatan dan cara berpikir seperti itu. Ketidakmampuan
dalam menggunakan inderanta sebgai saluran informasi cenderung mengakibatkan
kesulitan dalam belajar mengklasifikasikan objek-objek atau dasar satu cirri
yang mencolok. Anak mungkin dapat
mengklasifikasikan atas dasar cirri-ciri yang menonjol berdasarkan
pendengaran,penciuman,dan perabaan.
Menurut
Piaget(Choirul Anam,1985) “Pada tahap ini anak tunanetra mengalami
keterlambatan sekitar 2 bulan dari anak-anak pada umumnya”.
Tahap
Operasional Konkret
Tahap
ini ditandai dengan kemampuan anak dalam mengklasifikasikan,menyusun,
mengasosiasikan angka-angka atau bilangan serta proses berpikir walaupun masih
terikat dengan objek yang bersifat konkret. Anak tunanetera dapat
mengoperasikan kaidah-kaidah logika dalam batas-batas tertentu, namun secara
umum hal ini akan sulit dilakukan. Semua ini disebabkan karena system organisasi
kognitif sebelumnya yang mutlak diperlukan dalam cara-cara seperti di atas
tidak terorganisasikan secara utuh pada anak tunanetra. Disamping itu,tuntutan
bagi anak tunanetra untuk mampu melakukan asosiasi secara operasi angka atau
bilangan juga sangat sulit untuk dipenuhi sekalipun masih terikat dengan
hal-hal yang konkret.
Tahap
Operasional Formal
Tahap yang
ditandai dengan kemampuan untuk mengoperasikan kaidah-kaidah formal yang tidak
terikat lagi dengan objek yang bersifat konkret,seperti kemampuan berpikir
hipotesi deduktif,mengembangkan kemungkinan berdasarkan dua atau lebih
kemungkinan.
Anak tunanetra
dalam hal ini dapat melakukan dengan baik walaupun sifatnya sangat verbalitas.
Hal ini karena dalam pemikiran operasional formal berawal dari kemungkinan
hipotetik dan teoritik dan bukan berasal dari hal-hal yang nyata. Namun
demikian karena dalam perkembangan kognitif ini sifatnya hierarki artinya tahap
sebelumnya akan menjadi tahap dasar bagi perkembangan tahap berikutnya,
Pencapain tahap operasional formal ini dapat dicapai secar utuh oleh anak
tunanetra .