x9iXyGPMXQeKKlpX8lac8UjwJ5Wv9XduLyNcwRkJ

Konspirasi Teori Evolusi Charles Darwin Yang Membuat Perdebetan Para Ilmuan!


Ingin Link Grup Whatsapp Anda Disini, Klik Contact Ya
Ingin Nambah Subscribe, Klik Contact Ya 

Ingin Nambah Follower IG, Klik Contact Ya
Ilmuwan Inggris, Charles Darwin mengemukakan sebuah teori yang sangat kontroversial. Menurutnya sebenarnya manusia berasal dari keturunan kera yang kemudian berevolusi menjadi manusia. Benarkah manusia adalah keturunan kera? Berikut ini adalah konspirasi Teori Evolusi Charles Darwin dan bantahan terhadapnya.

Dari mana sebenarnya manusia berasal? Ini adalah sebuah pertanyaan besar dalam ilmu pengetahuan. Sebuah pertanyaan sederhana namun sulit dijawab bahkan oleh seorang filsuf hebat sekalipun. Pertanyaan ini pulalah yang kemudian melahirkan bermacam-macam jenis filsafat yang kemudian diinterpretasikan dalam berbagai teori, ideologi, hingga doktrin.

Di antara teori-teori tersebut, tampaknya ada satu teori yang sangat kontroversial dan menimbulkan polemik di seluruh dunia. Teori itu adalah Teori Evolusi Charles Darwin. Menurut teori ini, manusia dahulunya berasal dari kera (manusia keturunan kera) dan menjalani kehidupan sebagai hewan, keudian mengalami evolusi dan menjadi manusia. Teori ini juga lah yang kemudian berkembang menjadi sebuah ideologi dalam sejarah umat manusia sehingga berakibat pada banyak peristiwa sejarah pembantaian jutaan umat manusia bahkan kini telah menyebar luas menjadi pemahaman sekulerisme dan ateisme. Mirisnya meskipun teori ini ditentang oleh banyak agama yang percaya bahwa manusia mutlah merupakan hasil penciptaan Tuhan, namun tetap saja teori yang sulit diterima akal sehat ini masuk ke dalam kurikulum pendidikan di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Meskipun memiliki kemiripan dalam struktur fisik, namun ada perbedaan yang sangat besar dan tidak berhubungan sama sekali antara manusia dan kera. Namun rupanya para penganut evolusionis telah membuat sebuah skema tak masuk akal lengkap dengan ilustrasi yang dibuat seolah-olah nyata.

Pada abad ke 19 Masehi, rupanya teori evolusi mengalami perkembangan dan mulai banyak dibicarakan, serta mulai menyebar luas. Teori awal yang muncul berpendapat bahwa segala sesuatu muncul bukanlah melalui proses penciptaan, namun dari sebuah kebetulan yang kemudian mencapai kondisi teratur.

Jean-Baptiste Lamarck adalah seorang biologiwan Prancis sekaligus orang pertama yang mengajukan teori evolusi secara ilmiah. Menurut teori Lamarck, makhluk hidup mewarisi sifat-sifat yang mereka peroleh selama hidup ke generasi yang berikutnya.

Ia mencontohkan hewan jerapah yang menurutnya merupakan hasil evolusi dari hewan sejenis kijang yang mengalami pemanjangan pada bagian lehernya akibat dari kebiasaannya untuk mendapatkan makanannya dari dahan pohon yang lebih tinggi. Lebih lanjut, Lamarck juga mengatakan bahwa perubahan terjadi pada spesies akibat dari reaksi mereka terhadap lingkungan. Hal ini lalu mengakibatkan anggota tubuh yang terlatih menjadi kuat, sementara bagian tubuh yang tak terpakai akan melemah dan tereduksi. Hasil dari adaptasi ini kemudian diwariskan secara turun temurun pada generasi selanjutnya.

Teori evolusi ini kemudian mencapai "kejayaannya" pada masa Charles Darwin. Melalui bukunya yang sarat kontroversi berjudul "The Origin of Spesies" yang terbit tahun 1859, ia menyatakan bahwa semua spesies di bumi berasal dari satu nenek moyang yang sama dan melalui proses yang terjadi secara kebetulan. Ia memberikan contoh bahwa ikan paus berevolusi dari beruang yang memiliki kebiasaan berburu di laut.

Sebenarnya terdapat pebedaan antara teori Darwin dan Lamarck, yaitu pada bagian seleksi alam. Menurut Darwin, terjadi persaingan untuk bertahan hidup di alam dan hanya spesies terkuat saja yang mampu bertahan dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ia mencontohkan bentuk paruh burung Finch yang berlainan satu sama lain di Kepulauan Galapagos. Menurutnya, variasi pada paruh burung Finch itu disebabkan oleh hasil adaptasi mereka terhadap habitatnya.

Namun ada sebuah fakta sejarah yang mungkin luput dalam pengembangan teori ini. Tahukah kalian bahwa dari mana manusia berasal telah menjadi pertanyaan yang kemudian menjadi kepercayaan dari zaman kuno? Ribuan tahun yang lalu di wilayah Yunani, Mesir, Sumeria, hingga India Kuno telah berkembang kepercayaan bahwa manusia berasal dari benda mati yang kemudian mengalami proses evolusi.

Pemikir-pemikir Yunani seperti  Empedocles, Thales, dan Anaximander bahkan berpendapat bahwa manusia berasal dari unsur-unsur tak hidup seperti api, air, udara, dan tanah. dan melalui proses yang terjadi dengan sendirinya. Filsafat ini kemudian dikembangkan oleh filsuf lainnya hingga menjadi inspirasi bagi teori evolusi modern. Jadi dapat dikatakan bahwa Teori Evolusi Darwin adalah evolusi dari pemahaman pada masa kebudayaan kuno.

Secara ideologi dan filsafat, teori Darwin ini kemudian menjadi landasan bagi teori Friedrich Engels dan juga Karl Marx yang kemudian dalam perkembangan sejarahnya diimplementasikan oleh tokoh-tokoh antagonis dunia seperti Benito Musolini, Joseph Stalin, Adolf Hitler, Vladimir Lenin, Mao Zedong, hingga Kim Il Sung.

Telah disebutkan di atas bahwa sejak munculnya Teori Evolusi oleh Charles Darwin, banyak banyak memunculkan bantahan. Bagi manusia beragama, manusia tercipta melalui proses penciptaan oleh Tuhan, bukan melalui proses evolusi atau kebetulan saja.

Secara arkeologis sampai sekarang bahkan belum pernah ditemukan fosil transisi dari kera ke manusia. Pada tahun 1912, Charles Darwin mengklaim bahwa fosil Eonthropus dowsoni (manusia Piltdown) yang ditemukannya di Sussex, Inggris adalah fosil yang merupakan mata rantai yang hilang yang dapat membuktikan kebenaran teori kera menjadi manusia. Tetapi kemudian pada tahun 1953, dibuktikan bahwa fosil itu ternyata fosil palsu.

Penemuan fosil lainnya adalah Archaeoraptor, yang dianggap Darwin adalah fosil dari mata rantai antara kera dan manusia juga ternyata adalah fosil yang direkayasa alias tipuan. Pada tahun 2002, seorang ahli biologi Amerika, Roy Britten, mengatakan bahwa suatu cara baru perbandingan gen menunjukkan kesamaan genetis anatara manusia dan simpanse atau kera sangat kecil sekali. Ia melakukan penelitiannya dengan sebuah program komputer yang membandingkan 780 ribu dari 3 milyar pasang basa dalam heliks DNA manusia dengan simpanse. Ia menemukan lebih banyak perbedaan daripada yang ditemukan oleh peneliti sebelumnya, dan menyimpulkan perbedaan 3,9% basa DNA.

Post a Comment